8.28.2008

Siswi Yang Kompak

Novita and Friends

Read More..

Adik Adik Penuh Semangat



Dedi dkk (Nasyid Awallun)

Read More..

8.07.2008

Butuh Kecermatan, Penyusunan RAPBS di Sekolah Belum Final

YOGYA (KR) - Kendati proses pembelajaran pada tahun ajaran 2008/2009 sudah berlangsung satu bulan lebih, tapi masih ada beberapa sekolah yang mengalami kesulitan menyusun Rancangan Anggaran Pendidikan Belanja Sekolah (RAPBS).

Adanya peraturan walikota (Perwal) yang baru menjadikan sekolah harus hati-hati dalam membuat kebijakan karena perlu sharing dengan berbagai pihak. Termasuk dalam menentukan besar kecilnya uang bulanan, biaya les serta berbagai kebutuhan sekolah yang lain. Kebijakan itu diambil dengan harapan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Demikian dikatakan oleh beberapa Kepala Sekolah di Yogyakarta yang ditemui KR secara terpisah, Rabu (6/8). Kepala SMPN 11 Yogya Drs Sardiyanto mengatakan,
sampai dengan awal Agustus 2008 penyusunan RAPBS di sekolahnya belum final. Pasalnya untuk menyusun RAPBS sekolah tidak hanya dituntut teliti, tapi juga mempertimbangkan aspirasi dari orangtua. Misalnya dalam soal heregistrasi dan iuran bulanan sampai saat ini belum ada kesepakatan.
“Terus terang sampai saat ini kami masih bingung untuk mencantumkan heregistrasi atau tidak. Sebab tahun-tahun sebelumnya uang heregistrasi ditarik sebelum siswa masuk sekolah tidak seperti sekarang pelajaran sudah 1 bulan baru dibahas. Begitu juga besar kecilnya iuran bulanan. Supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan dalam waktu dekat kami berencana mengadakan musyawarah bersama komite dan orangtua,” kata Sardiyanto pada KR.
Lebih lanjut Sardiyanto menambahkan, pada prinsipnya untuk masalah pembelian seragam di SMPN 11 relatif tidak ada masalah, karena diserahkan sepenuhnya pada orangtua. Konsekuensinya jika ada siswa yang atributnya belum lengkap atau masih memakai pakaian merah putih (seragam SD) sekolah harus memberikan toleransi. Begitu juga untuk pakaian batik, model dan motifnya diserahkan sepenuhnya pada orangtua. Dengan adanya dispensasi tersebut sekolah berharap kegiatan pembelajaran di SMPN 11 bisa lebih kondusif dan lancar. “Rencananya untuk tambahan pelajaran (les) akan kami masukkan dalam RAPBS tentunya setelah dilakukan musyawarah terlebih dahulu dengan komite dan orangtua. Sebab kami khawatir jika tidak ada les di sekolah, siswa harus ikut bimbingan di luar, padahal kemampuan ekonomi mereka cukup beragam. Tahun lalu ada les di sekolah saja masih ada siswa yang tidak lulus, bagaimana kalau tidak ada les,” terang Sardiyanto pasrah.
Terpisah Kepala SMPN 4 Yogya Jazulianto SPd mengungkapkan saat ini pihaknya baru melakukan penyusunan RAPBS. Dengan Perwal yang baru ini ia harus ekstra hati-hati bahkan sharing dengan sejumlah pihak. Sebab dengan Perwal baru ini menggunakan format baru sehingga butuh pencermatan.
“RAPBS kali ini berbeda dari sebelumnya karena itu kami harus berhati-hati. Kami masih melakukan pencermatan mana yang menjadi prioritas. Tapi yang terpenting dan masuk dalam RAPBS adalah upaya untuk pengembangan sekolah dan peningkatan kualitas, misalnya kursus Bahasa Inggris dan persiapan Unas dan penambahan materi untuk kelas IX,” ucapnya.
Dikatakannya, dinas tidak memberikan batas waktu dalam menyusun RAPBS hanya saja sekolah diberi kesempatan untuk menyusun dengan cermat dan teliti. Jangan sampai RAPBS ini memberatkan sejumlah pihak, baik sekolah sendiri maupun orangtua siswa. Ia juga tidak segan-segan untuk sharing dengan sekolah lain terkait standar RAPBS dengan tetap memerhatikan kebutuhan sekolah. “Sebenarnya bukan kesulitan tapi karena menggunakan Perwal baru maka kami harus lebih cermat,” ungkap Jazulianto.
Sementara itu untuk seragam sekolah ia menyerahkan sepenuhnya kepada wali murid sebab sekolah tidak melakukan pengadaan seragam. Namun jika orangtua kesulitan bisa dilayani di koperasi. Dalam hal seragam, pihak sekolah fleksibel dan tidak memaksa sehingga orangtua bebas untuk menentukan apakah mau membeli sendiri atau lewat koperasi.

Read More..
Template by : kendhin x-template.blogspot.com